LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN ASPEK - ASPEKNYA SERTA CONTOH KASUS
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan sosial budaya
adalah hubungan timbal balik atau interaksi antara masyarakat dengan
lingkungan. Manusia yang dalam hal ini adalah terdiri dari orang-orang secara
individual maupun kelompok dan terbentuk menjadi sebuah masyarakat mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan lingkungan sekitar. Keduanya saling
mempengaruhi. Pengaruh alam terhadap manusia lebih bersifat pasif, sedangkan
pengaruh manusia terhadap alam lebih bersifat aktif. Karena, manusia mempunyai
kemampuan untuk mengeksploitasi alam sehingga mampu mengubah alam sesuai dengan
apa yang dikehendakinya. Semakin tinggi kebudayaan manusia, maka akan semakin
beranekaragam kebutuhan hidupnya. Hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap
perhatian manusia terhadap lingkungan alam. Meskipun, alam tidak memiliki
keinginan dan kemampuan aktif untuk melakukan eksploitasi, namun secara tidak
langsung akan terasa pengaruhnya bagi lingkungan dan kehidupan manusia.
Lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi
dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya
yang terdapat dalam lingkungan sosial tertentu. Lingkungan sosial budaya
terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Dalam hal Ini berarti,
bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak manusia atau homo sapiens ini
ada atau diciptakan.
Sebagaimana diketahui bahwa
kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) seiring perkembangan manusia itu
sendiri, oleh karenanya tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Setiap
masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan
sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun
dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat turut mempengaruhi kehidupan masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi
dalam berbagai bidang kehidupan, tingkah laku termasuk pada hidupnya. Di dalam
masyarakat akan terlihat dengan jelas masyarakat yang mendapat pengaruh
perubahan sosial budaya dan masyarakat yang tidak mendapat pengaruh.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial norma-norma
sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan
dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang interaksi sosial. Seperti, contoh
sederhana yang dapat kita lihat secara langsung akibat dari perubahan
tekhnologi. Sekarang ini sudah jarang sekali kita temukan orang berinteraksi
dalam jarak jauh menggunakan via surat, akan tetapi, saat ini yang kita temui
adalah semua masyarakat sudah membudaya menggunakan telepon seluler (HP) untuk
menjalin komunikasi. Semua kalangan mulai dari yang anak kecil samapai
kakek-nenek menggunakan gadget, akibatnya banyak juga bermunculan dampak
negative penyalahgunaan gadget.
Berbagai masalah sosial
sesungguhnya telah terwujud jika masyarakat yang bersangkutan berada dalam
suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan yang cepat, yang khususnya adalah
disebabkan oleh perubahan tekhnologi. Suatu hal dikatakan sebagai masalah
sosial, biasanya dirasakan oleh masyarakat-masyarakat yang sedang berkembang
atau masyarakat-masyarakat yang sudah maju atau kompleks.
Masyarakat umum dan
masyarakat Indonesia pada khususnya, hendaknya menyikapi perubahan apapun yang
terjadi secara selektif. Masyarakat Indonesia harus mampu mempertimbangkan
kekurangan dan kelebihan setiap perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut
harus diantisipasi dengan perilaku-perilaku yang positif. Jangan sampai pada saat
terjadi perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya pegangan
nilai dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu,
masyarakat Indonesia hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap
perubahan sosial dan budaya, hingga tidak ingin menerima perubahan sama sekali.
Sikap apriori ini menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa
perubahan sosial dan budaya akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu
masih ada. Sikap terbaik kita adalah haros selektif dalam menerima perubahan,
kita harus mampu memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat.
Pemasar internasional harus
mengetahui pengaruh budaya dan harus menyiapkan diri untuk menjawab tantangan
itu atau mengubahnya. Pemasar internasional memainkan peran penting bahkan
dapat dikatakan menentukan dalam mempengaruhi kecepatan tingkat perubahan
diseluruh dunia. Hal terlihat jelas dalam makanan tetapi praktis menyangkut
semua industri, terutama produk konsumen. Pabrik sabun dan deterjen telah
mengubah kebiasaan, mencuci, industri elektronik telah mengubah pola hiburan,
dan pemasar pakaian telah mengubah gaya gaya, dan sebagainya. Dalam produk
industri budaya telah mempengaruhi karakteristik dan permintaan produk tetapi
yang lebih penting lagi sebagai pengaruh pada proses pemasaran, terutama dalam
cara menjalankan bisnis. Pemasar internasional telah belajar untuk mengandalkan
orang yang mengetahui dan memahami adat serta sikap setempat untuk keahlian
pemasaran.
BAB II
TEORI
A.
Aspek Dasar Dari Budaya
Bagi ahli antropologi dan
sosiologi, budaya adalah “cara hidup” yang dibentuk oleh sekelompok manusia
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya termasuk
kesadaran dan ketidaksadaran akan nilai, ide, sikap, dan simbol yang membentuk
perilaku manusia dan diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Seperti didefinisikan oleh seorang ahli antropologi organisasi Geert Hofstede,
budaya adalah “tatanan kolektif dari pikiran yang membedakan anggota tersebut
dari satu kategori orang dengan orang lainnya.”
· Komunikasi
dan Negosiasi
Jika bahasa dan budaya
berubah, ada tantangan tambahan dalam komunikasi. Misalnya, “ya” dan “tidak”
dipergunakan dengan cara yang berbeda antara Negara Jepang dan Negara barat.
Hal ini menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman. Dalam bahasa inggris
jawaban “ya” atau “tidak” atas sebuah pertanyaan didasarkan pada apakah
jawabannya mengiyakan atau menolak. Dalam bahasa Jepang, tidak demikian.
Jawaban “ya” atau “tidak” dapat dipergunakan untuk jawaban yang membenarkan
atau menolak pertanyaan tadi.
B.
Perilaku Sosial
Ada sejumlah perilaku
sosial dan sebutan yang mempunyai arti yang berbeda-beda di dalam budaya lain.
Sebagai contoh, orang Amerika umumnya menganggap tidak sopan jika makanan di
atas piring membubung, membuat keributan ketika sedang makan, dan bersendawa.
Namun sejumlah masyarakat Cina merasa bahwa merupakan hal yang sopan jika
mengambil setiap porsi makanan yang dihidangkan dan menunjukkan kepuasannya
dengan bersendawa. Perilaku sosial lainnya, jika tidak diketahui, akan
merugikan bagi pelancong internasional. Sebagai contoh, di Arab Saudi,
merupakan penghinaan jika menanyakan kepada pemilik rumah tentang kesehatan suami/istri.
C.
Sosialisasi Antar-Budaya
Memahami suatu budaya
berarti memahami kebiasaan, tindakan, dan alasan-alasan di balik
perilaku-perilaku yang ada. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, bak mandi dan
toilet mungkin berada dalam ruang yang sama. Orang Amerika mengasumsikan bahwa
ini adalah norma yang berlaku di dunia. Namun, dalam beberapa budaya seperti
Jepang, menganggap itu tidak higienis. Bahkan budaya lain menganggap duduk di
atas toilet duduk itu tidak higienis. Di banyak budaya, penggunaan tisu toilet
bukanlah norma mereka.
Definisi Budaya
Terdapat banyak definisi
dari budaya . Dalam konteks ini, budaya dalam satu setting bisnis didefinisikan
sebagai adalah proses belajar, pembagian, bersifat memaksa serta sekumpulan
simbol yang saling, berhubungan dan mempunyai makna serta menyediakan satu set
orientasi untuk anggota masyarakat.Budaya dapat didefinisikan oleh perbatasan
nasional, terutama ketika negara-negara terisolasi oleh penghalang alami.Budaya
berisi cabang kebudayaan yang hanya mempunyai sedikit kesamaan secara umum
antara satu budaya dengan budaya yang lain. (Kotabe 2007).
BAB III
ANALISIS
Keputusan pemasaran pada
perusahaan yang beroperasi di negara sendiri sangat berbeda dengan apabila ia
beroperasi di negara lain. Setiap negara berbeda dalam hal sosial dan budaya.
Semua ini menjadikan pengkajian lingkungan sosial budaya perusahaan tugas yang
semakin rumit karena perusahaan memerlukan praktik dan pendekatan yang
berbeda-beda di tiap negara. Beberapa contoh perusahaan yang melakukan/tidak
melakukan kajian lingkungan sosial budaya yang cukup ada pada bagian berikut.
McDonald’s
McDonald’s, ketika memasuki
pasar India pada akhir 1990an, mengganti Big Mac-nya yang terbuat dari daging
sapi menjadi “Maharaja Mac” yang terbuat dari daging kambing ketika ia membuka
operasinya di India. Selain itu, ia juga membagi menunya ke dalam kategori
vegetarian dan non-vegetarian. India, yang mayoritas penduduknya beragama Hindu
adalah pemuja sapi. Sapi dianggap sebagai binatang yang sakral di negara tersebut.
Selain itu, mayoritas dari kaum Hindu adalah vegetarian. McDonald’s sebagai
perusahaan global dalam hal ini menyesuaikan diri dengan budaya lokal India.
Disini kita dapat melihat
bahwa McDonald’s melakukan beberapa kajian lingkungan eksternal sebelum memasuki
pasar India, terutama pada aspek-aspek budaya, norma, nilai, dan
kepercayaan/agama. Tentu saja McDonald’s juga telah mempertimbangkan variabel
lainnya seperti ekonomi dan politik. Pembukaan restoran McDonald’s pertama di
India dilakukan beberapa tahun setelah pemerintah membuka pintu masuk investasi
asing bagi industrinya.
McDonald’s yang masuk ke
India beberapa tahun setelah KFC telah mempersiapkan diri untuk menghindari
ancaman-ancaman berupa protes dan demostrasi. Selain itu juga, berusaha menangkap
peluang dengan menyesuaikan menu dengan kaum mayoritas di India. Meskipun
perusahaan sempat tersangkut kasus hukum (akibat adanya kandungan ekstrak sapi
di minyak penggoreng kentangnya), namun kerugian yang dihadapi tidak separah
KFC.
REFERENSI
Komentar
Posting Komentar